"bu ... gigi rafi sakit ....." rengek anak kepada ibunya. Ibunya melihat dengan sangat gusar.
"ibukan sudah bilang jangan lagi makan permen, sakit lagi kan giginya.." jawab sang ibu.
ya selalu begitu tiap harinya, rafi adalah anak yang hobi makan permen, bisa 7-9 kali dia makan permen tiap hari. Kalu tidak di turuti , maka dia akan menangis sampai kemauannya di turuti orang tuanya.
Terus bagaimana cara kita menyikapi masalah tersebut ( tangian sebagai senjata andalan )?
Para orang tua yang bijak... ketika anak menggunakan tangisan sebagai senjata untuk memperoleh apa yang ia mau dan berhasil , maka ia akan mengulanginya lagi. Jika orang tua tidak menghentikannya bukan tidak mungkin hal tersebut akan terulang terus menerus bahkan semakin menjadi dengan perlawanan yang semakin keras.
Jika orangtua belum bisa memenuhi keinginan anak ( yang masuk akal) jelaskan saja bahwa ayah dan ibu belum bisa memenuhinya dan katakan kapan anda bisa memenuhi keinginan anak anda itu.
Biasanya respon anak tersebut adalah menolak dan menangis. Tidak mengapa tetap tenang dan jangan terpancing dengan ulahnya. Katakanlah " Nak ayah dan ibu belum bisa memenuhi kemauanmu sekarang, jika mau menangis silakan saja, ayah dan ibu akan menunngu sampai kamu berhenti menangis"
Tetaplah konsisten dengan pendirian anda, jangan cepat luluh dengan tangisan anak dan kemudian menuruti kemauannya. Dan semangati anak dengan mengatakan "Nak ... ayah tahu bahwa kamu anak yang baik, nanti kalau sudah selesai menangis bilang sama ayah dan ibu ya.... "
Banyak orang tua yang sudah menerapkan teknik ini. Mereka berpikir alangkah kejamnya hati orang tua kalau membiarkan anaknya menangis dan mengamuk seperti itu. Padahal inilah yang di maksud dengan ketegasan dan konsistensi. Bukan berarti tidak sayang dan tidak peduli.
Dengan bersikap tegas dan konsisten, lama kelamaan anak menyadari bahwa senjata tangisan dan amarahnya tidak mempan lagi digunakan.
Sekali kita berhasil melakukannya,anak akan belajar dari konsistensi ucapan orangtua dan berhenti memaksakan kehendakya.
Kalau sudah tenang dari tangis dan amarahnya,bisanya seorang anak memberikan sinyal perdamaian untuk berkomunikasi lagi dengan orangtuanya. Jika sudah terlihat tanda-tanda itu, segeralah sambut dengan positif. Misal memberikan pelukan dan mengatakan bahwa ia anak hebat dan baik. Dengan cara ini , ayah dab\n ibu telah mengajari anak mengendalikan diri dan anak bisa memahami mana yang baik dan yang tidak baik.
Dan sebagai orangtua kita perlu menghindari perkataan yang melemahkan anak seperti " dasar kamu anak cengeng selalu menysahkan saja, senag bikin repot". atau semacam ancaman kosong " awas ya nanti kalau ayah dan ibu pergi, kamu tidak diajak lagi", karena hal tersebut tidak bisa mengubah perilaku sang anak.
Jika suatu saat ia mengulangi perbuatannya tersebut,jangan menyalahkan anak dan ulangi lagi cara yang sama secara konsisten. Bagaimanapun ia adalah anak manusia yang masih kecil dan harus banyak belajar. Bersabarlah ya para ayah dan ibunda.
2. Lalu bagaimana kalau perilaku demikian dilakukan dimuka umumdi mall misalnya
Ayah bunda yang baik, tak jarang orang tua kesulitan mencari solusi saat anaknya nangis, bahkan menjerit-jerit di pusat perbelanjaan karena keinginannya tak terpenuhi.
Mungkin karena tak enak dilihat dan di dengar orang maka ayah bunda mengabulkan keinginannya sambil berkata " ya sudah..... tapi kali ini saja " atau ' ya sudah....ambil satu saja ya".
Jika ini terjadi maka sang anak baru belajar trik bagaimana cara menaklukan hati orangtuanya, dan suatu saat hal tersebut akan di ulangi lagi.
Sebenarnya menjerit-jerit adalah proses eskalasi setelah ia gagal menggunakan tangisan untuk memperoleh keinginannya.
Awalnya mereka rewel lalu menangis dan menjerit-jerit kemudian menarik baju orangtuanya hingga sobek serta merusak barang di sekitarnya.
Maka apabiala anak mulai rewel segeralah ayah bunda bertindak supaya tidak berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu nangis, menjerit-jerit bahkan sampai merusak barang.
3.Namun adakalanya ayah bunda sedang terburu-buru karena suatu alasan , sedangkan anak sudah terlanjur nangis dengan meraung-raung, bagaimana cara menyikapinya???
Berilah waktu sampai berapa lama mereka menangis,misal " ayah bunda beri waktu kamu 10 menit ya untuk menangis....".
Saat menit ke 8 ingatkan untuk diam, beri ia pressure time dengan menghitung detik misal " sepuluh detik lagi ya,kalau kamu gak mau diam pada hitungan ke 10 maka kamu akan ayah tinggal'.
Dan mulailah menghitung 1,2,3 sampai 10, biasanya konsep ini cukup ampuh sehingga jika dilakukan terus menerus anak akan semakin memahaminya.
Kemungkinan jika ini di terapkan , sang anak akan menawar karena ia tak mau kalah telak,misalnya anak meminta berhitung sampai 13 kali ,hal tersebut tidak masalah selagi tidak melanggar konsep dan permintaanya bisa di penuhi.
Nah kalau sudah selesai , ayah bunda ajka anak untuk berpelukan sambil berkata " kamu hebatkan bisa mengendalikan amarahmu, ayah bunda percaya kamu anak yang baik bisa mengendalikan emosi kamu".
Dan jangan diunhgkit-ungkit lagi kejadian tersebut.
Jika cara ini berhasi, maka orangtua biasanya bisa mengajarkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan anak hanya dengan isyarat mata.
Dengan mata anak bisa tahu apa yang tidak disukai orangtuanya, ketika ank menatap ke orangtuanya dan tidak memberikan pandanyan yang berarti maka anak akan tahu bahwa perbuatannya boleh dilakukan
Baca Juga :
Bagaimana dengan anda? apakah artikel ini membantu? jika ya anda bisa share ke media sosial anda. terimakasih semoga bermanfaat.
Tetaplah konsisten dengan pendirian anda, jangan cepat luluh dengan tangisan anak dan kemudian menuruti kemauannya. Dan semangati anak dengan mengatakan "Nak ... ayah tahu bahwa kamu anak yang baik, nanti kalau sudah selesai menangis bilang sama ayah dan ibu ya.... "
Banyak orang tua yang sudah menerapkan teknik ini. Mereka berpikir alangkah kejamnya hati orang tua kalau membiarkan anaknya menangis dan mengamuk seperti itu. Padahal inilah yang di maksud dengan ketegasan dan konsistensi. Bukan berarti tidak sayang dan tidak peduli.
Dengan bersikap tegas dan konsisten, lama kelamaan anak menyadari bahwa senjata tangisan dan amarahnya tidak mempan lagi digunakan.
Sekali kita berhasil melakukannya,anak akan belajar dari konsistensi ucapan orangtua dan berhenti memaksakan kehendakya.
Kalau sudah tenang dari tangis dan amarahnya,bisanya seorang anak memberikan sinyal perdamaian untuk berkomunikasi lagi dengan orangtuanya. Jika sudah terlihat tanda-tanda itu, segeralah sambut dengan positif. Misal memberikan pelukan dan mengatakan bahwa ia anak hebat dan baik. Dengan cara ini , ayah dab\n ibu telah mengajari anak mengendalikan diri dan anak bisa memahami mana yang baik dan yang tidak baik.
Dan sebagai orangtua kita perlu menghindari perkataan yang melemahkan anak seperti " dasar kamu anak cengeng selalu menysahkan saja, senag bikin repot". atau semacam ancaman kosong " awas ya nanti kalau ayah dan ibu pergi, kamu tidak diajak lagi", karena hal tersebut tidak bisa mengubah perilaku sang anak.
Jika suatu saat ia mengulangi perbuatannya tersebut,jangan menyalahkan anak dan ulangi lagi cara yang sama secara konsisten. Bagaimanapun ia adalah anak manusia yang masih kecil dan harus banyak belajar. Bersabarlah ya para ayah dan ibunda.
2. Lalu bagaimana kalau perilaku demikian dilakukan dimuka umumdi mall misalnya
Ayah bunda yang baik, tak jarang orang tua kesulitan mencari solusi saat anaknya nangis, bahkan menjerit-jerit di pusat perbelanjaan karena keinginannya tak terpenuhi.
Mungkin karena tak enak dilihat dan di dengar orang maka ayah bunda mengabulkan keinginannya sambil berkata " ya sudah..... tapi kali ini saja " atau ' ya sudah....ambil satu saja ya".
menangis di tempat umum |
Jika ini terjadi maka sang anak baru belajar trik bagaimana cara menaklukan hati orangtuanya, dan suatu saat hal tersebut akan di ulangi lagi.
Sebenarnya menjerit-jerit adalah proses eskalasi setelah ia gagal menggunakan tangisan untuk memperoleh keinginannya.
Awalnya mereka rewel lalu menangis dan menjerit-jerit kemudian menarik baju orangtuanya hingga sobek serta merusak barang di sekitarnya.
Maka apabiala anak mulai rewel segeralah ayah bunda bertindak supaya tidak berlanjut ke tahap selanjutnya yaitu nangis, menjerit-jerit bahkan sampai merusak barang.
3.Namun adakalanya ayah bunda sedang terburu-buru karena suatu alasan , sedangkan anak sudah terlanjur nangis dengan meraung-raung, bagaimana cara menyikapinya???
Berilah waktu sampai berapa lama mereka menangis,misal " ayah bunda beri waktu kamu 10 menit ya untuk menangis....".
Saat menit ke 8 ingatkan untuk diam, beri ia pressure time dengan menghitung detik misal " sepuluh detik lagi ya,kalau kamu gak mau diam pada hitungan ke 10 maka kamu akan ayah tinggal'.
Dan mulailah menghitung 1,2,3 sampai 10, biasanya konsep ini cukup ampuh sehingga jika dilakukan terus menerus anak akan semakin memahaminya.
anak nangis meraung raung |
Kemungkinan jika ini di terapkan , sang anak akan menawar karena ia tak mau kalah telak,misalnya anak meminta berhitung sampai 13 kali ,hal tersebut tidak masalah selagi tidak melanggar konsep dan permintaanya bisa di penuhi.
Nah kalau sudah selesai , ayah bunda ajka anak untuk berpelukan sambil berkata " kamu hebatkan bisa mengendalikan amarahmu, ayah bunda percaya kamu anak yang baik bisa mengendalikan emosi kamu".
Dan jangan diunhgkit-ungkit lagi kejadian tersebut.
Jika cara ini berhasi, maka orangtua biasanya bisa mengajarkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan anak hanya dengan isyarat mata.
Dengan mata anak bisa tahu apa yang tidak disukai orangtuanya, ketika ank menatap ke orangtuanya dan tidak memberikan pandanyan yang berarti maka anak akan tahu bahwa perbuatannya boleh dilakukan
Baca Juga :
Bagaimana dengan anda? apakah artikel ini membantu? jika ya anda bisa share ke media sosial anda. terimakasih semoga bermanfaat.