" Eeehh temen temen lihat deh, aku punya jam tangan baru... bagus kan... ?" kata Raffi pada teman temannya.
Bunda Raffi yang kebetulan mendengar ucapan anaknya tiba tiba terdiam. Rasanya bukan sekali ini Raffi pamer ke teman temannya kalu mampunya mainan baru.Tiga hari yang lalu saat ia dibelikan sepeda baru oleh kakeknya, Raffi berteriak teriak mengumumkan ke teman temannya kalau sekarang ia punya sepeda baru.
" Duh saya jadi malu, perasaan saya nggak pernah mengajarkan Raffi pamer deh." kata bunda Raffi tak enak hati.
Terus bagaiman cara mengatasinya???
Ayah bunda yang baik hati,
Untuk masalah ini sebetulnya sumbernya sudah jelas, tidak jauh dari lingkungan terdekatnya karena perilaku anak akan mencontoh orang di sekitarnya.
Sebagai bukti, menurut sebuah buku referensi psikologi, dulu di perancis pernah di temukan manusia yang berjalan seperti binatang. Ternyata sejak kecil ia hilang di hutan dan di asuh oleh para binatang. Jadi satu satunya yang dicontoh adalah para binatang.
Berkaitan dengan anak yang sukanya pamer, kalau orang orang terdekatya suka pamer , biasanya anak juga mengikuti kebiasaan pamer tersebut. Mungkin saja orangtuanya tidak sadar. Misalkan , ayah baru membeli mobil baru dan menjelaskan pada para tetangga. Saat anak melihat ia mengira kalau memiliki banda baru harus segera diberitahukan pada orang lain.
Cobalah untuk ayah bunda ingat ingat lagi, tak ada salahnya untuk saling mengingatkan pasangan kita.
Walaupaun kemungkinan da juga faktor inborn talent. Mungkin saja mereka adalah anak anak tipe sanguinis yang suka bergaul dan bergaya.Buat tipe ini, menjadi pusat perhatian adalah kebutuhan dasarnya. Jika memang demikian kalau yang di lakukannya tidak merugikan orang lain, tidak menginformasikan sesuatu yang sifatnya rahasia, ya tidak menjadi masalah. Hanya saja perlu diajarkan konsep rendah hati.
Ada anak yang ketika bermain ke rumah temannya, lalu mengatakan rumah temannya jelek. Padahal sebenarnya ia tidak bermaksud menghina, hanya sebatas pada keluguan anak saja. Meski bagi yang mendengarnya bisa jadi menimbulkan perasaan tidak enak.
Jika ini terjadi, katakan bahwa itu tidak sopan dan ajarkan anak untuk meminta maaf. Alangkah baiknya jika kita sama sama menghindari mengucapkan kata kata negatif dan menggantinya dengan kata kata yang positif.
Tanpa kita sadari , seringkali kiat kalah sebagai orangtua yang sering mengucapkan kata kata negatif tersebut.
Baca Juga :
Bagaimana dengan anda? apakah artikel ini membantu? jika ya anda bisa share ke media sosial anda. terimakasih semoga bermanfaat.