visi dan misi

Blog ini saya buat bertujuan untuk sharing kepada ayah dan bunda yang mempunyai masalah sehari-hari dengan anak. Saya pernah membaca sebuah buku yang mengupas tuntas tentang permasalahan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak kita supaya jadi lebih baik. Untuk itu pelajaran yang bisa saya ambil dari buku tersebut akan saya share dalam bentuk blog ini.
Semoga bisa bermanfaat bagi kita semua khususnya para orang tua yang mempunyai persoalan dengan anak-anaknya.
Terimakasih.
Selamat membaca...........!

Cara mengatasi anak yang egosentris atau "semau gue"

Cara mengatasi anak yang egosentris atau "semau gue"
anak egosentris/egois

Raffi adalah anak yang sangat egois atau egonya gedhe banget.
" pokoknya akau mau itu !" teriak Raffi sambil menunjuk buku milik ayahnya.
" ini buku kerje ayah , Raffi main mobil-mobilan yang ini saja ....", Sang ayah berusaha membujuk anaknya..

" nggak mau!!! pokoknya aku mau itu !" teriak Raffi. Ia merampas buku milik ayahnya dan melempar mobil-mobilan yang masih baru itu.


Ayah menghela nafas, buku itu baru saja selesai di cetak dan akan di presentasikan rapat besuk pagi. Akan di tunjukkan kepada kliennya. Masak sudah lecek , tidak sopankan ?

Bergidik ia melihat Raffi meremas beberapa lembar halaman buku tersebut.

" aduuuuhh...." ayah meringis, bunda pun cuma bisa menghela nafas dan mengelus bahu ayah.

" bujukin Raffi dong bun...." ungkap ayah kepada bunda.

" gimana caranya " bunda bingung mencari ide.

Begitulah Raffi setiap harinya, semua serba " pokoke". Itu sudah menjadi kata pamungkasnya,artinya semua keinginannya harus dituruti. Kalau tidak repotlah dunia!

Kalau sekali dua kali mungkin masih bisa di maklumi. Namun kalau keseringan bikin kesal ayah bunda.

terus bagaiman cara mengatasi anak yang egosentris / egois ini?

Ayah bunda yang baik, egosentris adalah sebuah fase yang harus dilalui anak untuk menghindari ketumpulan otak. Jadi itu sudah desain Tuhan.
Latar belakangnya adalah program memaksa, kenapa?

Ketika dilahirkan, otak manusia ada sekitar 200 miliar dengan bentuk seperti ranting ranting pohon.
Seorang anak akan tumbuh cerdas kalau ranting-ranting syaraf tersebut tumbuh lebat. Caranya dengan belajar sesuatu yang baru. Misalnya mengambil benda,mencorat-coret kertas dan sebagainya. Biasanya itu terjadi pada usia 2 sampai 5 tahun masa emas pertama.

Masalahnya tiap kali syaraf otak anak mau tumbuh,biasanya orangtua melarang anak melakukan sesuatu. Dan Tuhan tahu itu. Misalnya ketika anak datang mau memegang laptop bundanya, lalu bunda langsung melarang " aduuuuh jangan pegang-pegang laptop bunda, ini mahal harganya ....nanti rusak ".

Begitu juga waktu anak mau pegang gelas, " jangan pegang nanti gelas bunda pecah..." atau " jangan pegang nanti pecah tanganmu bisa terluka...."

Nah saat anak dilarang dan tidak jadi melakukan , syarafnya tidak jadi tumbuh. Alhirnya oleh Tuhan di beri program egosentris. Program yang memaksa anak itu untuk melakukan. Kalau tidak dipenuhi ia akan menangis. Ini sebenarnya bahasa Tuhan supaya jangan mengganggu pertumbuhan saraf-saraf dasar anak di usia dini.

dalam wawancara di BBC, Sakhuntala Devi, seorang genius dari india di bidang matematika yang di juluki "manusia kalkulator" karena kepandaiannya berhitung berkata bahwa sebelum anak berusia 12 tahun sebaiknya di rumah tidak perlu ada barang-barang berharga dan pecah belah. Isilah rumah dengan benda-benda yang boleh disentuh atau di jadikan objek eksplorasinya.
Itulah yang dulu di lakukan orangtua dan kakek Sakhuntala Devi sehingga ia kini bisa menjadi seorang yang jenius.

Sakhuntala Devi lahir di  Bangalore tahun 1936 ini, bisa menghitung perkalian 13 digit, 7,686,369,774,480 x 2,465,099,745,779 yang dipilih secara acak oleh komputer .
Department of Imperial Collage, London, pada 18 juni 1980. Dalam waktu 28 detik ia menjawab dengan benar jumlahnya, yakni 18,947,668,177,995,426,462,773,730.

Fase egosentris biasanya berlangsung dari 0 hingga 5 tahun, tergantung di usia berapa kita mau cairkan. Biasanya di cairkan di usia TK, bagaiman caranya?

Tahap awal , izinkan ia melakukan proses eksplorasi apapun tanpa segera diintervensi. Misalnya ketika mau memainkan remote tv, tunggulah sampai minimal 3 kali ia melakukannya.Setelah ia mengetahui fungsinya barulah kita boleh mengarahkan untuk tidak lagi melakukannya.
Lalu ajarkan cara yang baik untuk menggunakan remote tv tersebut. Namun apabila yang ia mainkan adalah benda-benda berbahaya dan tajam seperti pisau atau garpu, tetnu ini perlu segera diintervensi karena khawatir bisa melukai dirinya.

tahap  kedua , setelah ia berusia 3 tahun atau telah memahami bahasa orang dewasa, mulailah perkenalkan ia dengan konsep tentang hak milik orang lain. Ini milik kakak , itu milik Bunda, bahkan milik pengasuhnya sekalipun. Tunjukkan mana yang boleh ia ambil atau pegang dan mana yang tidak atau mana yang harus dengan izin terlebih dahulu. Karena masih di fase egosentris biasanya perlakuan ini akan membuatnya menangis atau tetap memaksakan kehendaknya.

Untuk melatih konsep tentang hak milik, orangtua bisa membelikan satu mainan untuk dua anak. misalnya, minggu ini membelikan mainan untuk kakak dan minggu depan membelikan satu mainan untuk adiknya saja.

Kalau adiknya merebut, katakan bahwa ini adalah mainan milik kakak, jadi kalau mau meminjam bilang dulu ke kakak.
" Dedek ini punya kakak, tanya dulu sama kakak ya kalau dedek mau pinjam ".

Mungkin ia akan memaksa dan menangis. Tidak mengapa, Ayah bunda teruslah lakukan hal itu. Katakan bahwa sebaiknya minta izin kakaknya terlebih dahulu. Lakukan dengan sabar hingga ia perlahan-lahan mengerti maksudnya.
Begitu juga sebaliknya , jika kakaknya mau merebut mainan adiknya, jelaskan hal yang sama sehingga lama-lama mereka akan belajar arti hak milik dan pinjam meminjam. Pada akhirnya mereka juga belajar konsep berbagi.

Itu sebabnya , kurang tepat jika orangtua membiasakan membeli mainan yang sama untuk masing-masing anak karena tidak mau anaknya bertengkar atau berebut. Itu kesalahan fatal, seolah-olah tidak ada masalah padahal justru dapat menjadi pemicu masalah.

Anak menjadi tidak belajar tentang hak milik , pinjam meminjam, dan bermain bersama. Mereka tidak belajar apapun , tetap akan bertengkar dan tidak akan mencairkan ego masing masing. Egosentris bagaimanapun memang sebaiknya di cairkan , bisa dimulai saat anak berusia 5 tahun, agar tidak terbawa hingga ia dewasa kelak .

Lihat saja kondisi masyarakay kita, betapa banyak orang yang berani menyerobot tanah orang lain tanpa merasa bersalah, meskipun ia tahu itu bukan hak miliknya. Betapa banyak orang yang tidak suka berbagi pada orang lain . Mungkin orang tuanya dulu lupa mengajarkan konsep hak milik dan berbagi padanya. Oleh karena itu ayah bunda belikanlah satu mainan untuk 2 orang anak agar mereka belajar tentang hak milik dan berbagi kelak.
Kemampuan berbagi ini akan terbawa hingga mereka dewasa.

Tidak usah khawatir soal iri hati karena setiap anak memiliki kebutuhan dan selera yang berbeda. Ketika mengajak mereka ke pasar si kakak ingi di belikan mobil-mobilan, si adik ingin robot-robotan . Sampai di rumah bisa saja mendadak si adik lebih tertarik dengan mobil-mobilan. Dan si kakak juga ingin memainkannya , jelaskan padanya untuk meminta izin kalau adiknya meminta sebagai hak milik. Tanamkan pengertian bahwa itu punya kakak, punya adik adalah robot-robotan.
Kalau adik mau mobil-mobilan bisa pinjam punya kakanya. Demikian pula sebaliknya jika si kakak ngotot meminta mainan adiknya.

Sebagai tambahan , jika ayah bunda ingin anak tidak lagi mengatakan " pokoknya" , kitapun harus mencontohkan dengan tidak mengatakan kata   "pokoknya" pada mereka.
Mintalah anak untuk membantu mengingatkan , jika pada saat bicara padanya kita masih menggunakan kata "pokoknya" , sesungguhnya perilaku anak adalah cermin langsung dari perilaku orangtuanya .






Baca Juga :


Bagaimana dengan anda? apakah artikel ini membantu? jika ya anda bisa share ke media sosial anda. terimakasih semoga bermanfaat.